26 June 2008

SKIZOFRENIA

Oleh:

Sri Rezeqi Dwi Handayani


Cara Keluarga Menghadapi Gangguan Skizofrenia



A. Pengertian Skizofrenia


Menurut Kartono (2002, h.243) Skizofrenia adalah kondisi psikologis dengan gangguan disintegrasi, depersonalisasi dan kebelahan atau kepecahan struktur kepribadian, serta regresi aku yang parah. Menurut Strausal et al (dalam iman setiadi, 2006, h. 3) Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini di tandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitf dan persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara lain seperti avolition ( menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal. Tampak bahwa gejala-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan individu berfikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek dan menggangu relasi personal. Kesemuanya mengakibatkan pasien skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.

Menurut Kartono (1986, h. 259-260) Skizofrenia dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

  1. Skizofrenia Hebefrenik.

Artinya mental atau jiwanya menjadi tumpul. Kesadarannya masih jernih, akan tetapi kesadaran akunya sangat terganggu.

Ciri-cirinya:

a. Orang yang mengalami derealisasi dan depersonalisasi berat.

b. Dihinggapi macam-macam ilusi dan delusi, sebab fikirannya kacau,melantur.

c. Banyak tersenyum-senyum dengan muka yang selalu perat perot tanpa ada perangsang sedikit pun.

  1. Skizofrenia katatonik.

Ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Urat-uratnya menjadi kaku dan mengalami chorea flexibility yaitu badan jadi kaku seperti malam atau was.

b. Ada pola tingkah laku yang stereothypes, aneh-aneh atau gerak-gerak otomatis dan tingkatah laku yang aneh-aneh yang tidak terkendalikan oleh kemauan.

c. Ada gejala-gejala stupor.

d. Kadang-kadang disertai catatonic excitement.

e. Mengalami regresi total.

  1. Skizofrenia paranoid.

a. Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak teratur serta kacau balau.

b. Pasin tampak lebih waras dan tidak sangat ganjil dan aneh jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya.

c. Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat bermusuhan terhadap siapapun juga.

d. Merasa dirinya penting, besar grandieus.

e. Sering sangat fanatik religious secara berlebihan.

f. Kadang-kadang bersifat hipokondris.

B. Sebab-sebab Skizofrenia.

Ada beberapa penyebab skizofrenia antara lain:

1. Lebih dari separuh dari jumlah penderita skizofrenia mempunyai keluarga psikosis atau sakit mental.

2. Tipe kepribadian yang schizothyme (dengan jiwa yang cenderung menjadi skizofren) dan bentuk jasmaniah asthenis (tidak berdaya/bertenaga) mempunyai kecenderungan kuat menjadi skizofren.

3. Sebab-sebab organis: ada perubahan atau kerusakkan pada sistem syaraf sentral. Juga terdapat gangguan-gangguan pada sistem kelenjar-kelenjar adrenalin dan piluitari (kelenjar dibawah otak). Kadang kala kelenjar thyroid dan kelenjar adrenal mengalami atrofi berat. Dapat juga disebabkan oleh proses klimakterik dan gangguan menstruasi. Semua ganguan tadi menyebabkan degenerasi pada energi fisik dan energi mentalnya.

4. Sebab-sebab psikologis: ada kebiasaan-kebiasaan infantile yang buruk dan salah, sehingga pasien hampir selalu melakukan mal adjustment (salah-suai) terhadap lingkungan. Ada konflik diantara super ego dan id (freud). Integrasi kepribadiannya sangat miskin, dan ada kompleks-inferior yang berat.

C. Gejala Skizofrenia

Gejala penderita skizofrenia antara lain:

a. Delusi

b. Halusinasi

c. Cara bicara/berfikir yang tidak teratur

d. Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotifasi, muram, perhatian menurun.

Beberapa study tentang masalah-masalah yang ditimbulkan pasien skizofrenia pada keluarganya yang paling sering muncul menurut Murray adalah:

a. Ketidak mampuan untuk merawat diri.

b. Ketidak mampuan menangani uang.

c. Social with drawal.

d. Kebiasa-kebiasaan pribadi yang aneh.

e. Ancaman bunuh diri.

f. Gangguan pada kehidupan keluarga, misal: pekerjaan, sekolah, jadwal sosial.

g. Ketakutan atas keselamatan, baik pasien maupun anggota keluarga.

h. Blame and shame.

D. Penanganan bagi penderita skizofrenia


Prognosa dan penyembuhan bagi penderita skizofrenia pada umumnya sedikit sekali kemungkinan bisa sembuh terutama jika keadaannya sudah parah. Yang penting adalah usaha prefentif menurut Kartini Kartono(2002, h. 247-248) berupa:

a. menghindarkan dari frustrasi-frustrasi dan kesulitan-kesulitan psikis lainnya.

b. Menciptakan kontak-kontak sosial yang baik.

c. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif, dan mau melihat hari depan dengan rasa berani.

d. Beranikan ia mengambil sikap tegas dalam menghadapi realitas dengan rasa positif dan usakanlah agar dia bisa menjadi extrovert.

Dalam situs www.sivalintar.com dijelaskan tentang beberapa cara penanganan skizofrenia, yaitu:

a. Sikap menerima adalah langkah awal penyembuhan

b. Penderita perlu tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya.

c. Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh.

d. Perawatan yang dilakukan oleh para ahli bertujuan mengurangi gejala skizofrenik dan kemungkinan gejala psyhcotik.

e. Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu, bahkan mungkin harus seumur hidup.

Cara-cara Terapi/Perawatan Skizofrenia



Selain cara dengan perawatan di rumah sakit (umum atau jiwa) dan rawat jalan, ada cara alternatif, yaitu dirawat hanya pada siang atau malam hari saja di rumah sakit, sebagian hari lainnya pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di sekolah atau tempat kerja bersama teman-temannya.


Selain itu ada program terapi residensial, yaitu tempat semacam asrama bagi pasien skizofrenia yang sudah relatif tenang atau mencapai keadaan remisi (tetapi masih memerlukan rehabilitasi, latihan keterampilan lebih lanjut) dapat hidup dalam suasana lingkungan sepeerti keluarga (bersama-sama pasien lainnya) dalam mana ia dapat mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya di tengah-tengah lingkungan yang mendukung sehingga ia kemudian juga terampil menjalani kehidupan ini di luar rumah sakit, di tengah-tengah masyarakat luas seperti anggota masyarakat pada umumnya.


Semuanya memerlukan semacam dukungan social (social support) dari komuniti atau lingkungan masyarakatnya. Secara tuntas, untuk terapi holistic diperlukan perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi, latihan fisik), mental-emosionalnya (psikoterapi, konseling psikologis), dan bimbingan social (cara bergaul, latihan keterampilan social) serta lingkungan keluarga dan social yang mendukung). Disamping terapi okupasional (kegiatan untuk mengisi waktu) diperlukan juga terapi /rehabilitasi vokasional (untuk melatih keterampilan kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah).


Semua ini membutuhkan jalinan kerja sama seluruh lapisan masyarakat/komuniti, dan tidak mungkin dilakukan oleh satu kelompok komuniti saja, banyak pihak harus terlibat dan saling bekerja sama dengan satu tujuan yaitu membawa pasien kepada keadaan bebas penyakit dan terampil menjalani kehidupan secara mandiri.


E. Penderitaan keluarga yang memiliki anggota skizofrenia

  1. Skizofrenia adalah penyakit yang sangat merusak, tidak hanya bagi orang yang terkena tetapi pada keluarga juga. Barangkali tidak ada penyakit lain termasuk kangker yang lebih menimbulkan kepedihan yang mendalam bagi keluarga seperti skizofrenia (Torrey, 1988)
  2. Atmosfer dalam keluarga adalah seperti menunggu dan terus menunggu akan meledaknya sebuah bom. Pasien terus menerus meragukan diri dan penuh pertanyaan. Keluarga hidup dengan ketakutan yang menetap bahwa gejala-gejala akan muncul lagi.

Banyak keluarga belum mengerti benar apa itu skizofrenia, ketidak mengertian itu melahirkan jalam pintas. Rata-rata mereka memasukkan kerabatnya ke rumah sakit jiwa, padahal penyakit ini bisa dikendalikan dengan kemauan diri yang keras dan dukungan keluarga penderitanya bisa hidup normal. Seperti yang dialami keluarga Suharjo, salah satu orang tua yang anaknya menderita skizofrenia,” saat anak saya divonis menderita skizofrenia saya kaget sekali. Rasanya saya ingin marah karena anak saya dianggap gila sebab dalam kehidupan sehari-hari dia terlihat normal”.

Tetapi akhirnya suharjo melihat sendiri keanehan sikap anaknya, dia merasa terus dimata-matai oleh tetangga, merasa mendengar suara-suara dan sebagainya. ”saya tidak mau anak saya disebut gila”. Tapi kini anaknya memang sedang menjalani perawatan, dia sunggh luar biasa, dia tidak pernah berhenti berusaha setelah tahu dirinya menderita skizofrenia, katanya.

F. Yang harus dilakukan keluarga dalam upaya penyesuaian diri dengan kehadiran skizofrenia dalam sistem mereka dan cara mengatasinya.

  1. Informasi/psikoedukasi.
  2. Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantua medis dan psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia merupakan sebagian info vital yang sangat dibutuhkan keluarga. Info yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk dapat berharap secara realistis danmembantu keluarga mengarahkan sumber daya yang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif. Pemberian info yang tepat dapat dilakukan dengan suatu program psikoedukasi untuk keluarga.
  3. Sikap yang tepat adalah SAFE.
  4. Menurut Torrey (1988) keluarga perlu memiliki sikap yang tepat tentang skizofrenia, disingkatnya sikap-sikap yang tepat itu dengan SAEF ( Sense of humor, Accepting the illnes, Familliy balance, Expectations which are realistic).
  5. Support group
  6. Bilamana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka seorang diri, beban itu akan terasa sangat berat, namun bila keluarga-keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga skizofren bergabung bersama maka beban mereka akan terasa lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang mutahir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang mampu. Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan lebih efektif dan lebih murah.
  7. Family therapy(Object relations family therapy)
  8. Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya membantu keluarga agar sebagai suatu sistem meningkat kohesivitasnya dan lebih mampu melakukan penyesuaian diri.
  9. Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri sipenderita. Mereka harus sabar dan menerima kenyataan.
  10. Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berarti bagi penderita skizofrenia.
  11. Menerima kenyataan, menurut Suryantha adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus tetap bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap ksar. Akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik.
  12. Pasca perawatan bisanya penderita akan dikembalikan pada lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga sangat besar artinya, dalam berbicara tidak boleh emosional agar tidak memancing kembali emosi penderita.
  13. Yang penting usaha-usaha prevenif berupa hindari frusrtasi dan kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak-kontak sosial yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif dan mau melihat hari depan dengan rasa kebranian.
  14. Pada skizofrenia fase aktif penderita mudah terpukul oleh problem yang sederhana sekalipun. Kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani penderita dan dapat mengurangi stres jangka pendek.
  15. Penderita mungkin menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal, agar lebih paham cobalah berkomunikasi dengan cara lain dan mengajak melakukan aktivitas bersama-sama. Seperti mendengarkan musik, melukis, nonton tv, atau menunjukkan perhatian tanpa bercakap-cakap.
  16. Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab merawat anggota keluarga yang sakit terutama mengatasi perilaku kacau tanpa informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-akhir ini perhatian perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga terhadap timbulnya kekambuhan. Sikap keluarga terhadap penderita dapat ditentukan dengan apa yang disebut EE(Emotional Expresion) yang terdiri atas kritikan atau komentar negatif, emotional over involvment, permusuhan terhadap penderita, ketidak puasan dan kehangatan. Bila keluarga EEnya tinggi maka kekambuhan akan tinggi, namun sebaliknya bila EEnya rendah maka kekambuhanpun akan rendah.

Tritmen Untuk Skizofrenia


Pasien skizofrenia memerlukan tritmen yang komprehensif, artinya memberikan tritmen medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk membantu mereka beradaptasi dengan konsekuensi/akibat dari gangguan tsb, dan layanan sosial untuk membantu mereka dapat kembali hidup di masyarakat dan menjamin mereka dapat memperoleh akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut beberapa tritmen yang biasanya diberikan kepada pasien skizofrenia.

1. Tritmen biologis: terapi obat Pemberian obat2an anti psikotik, minyak ikan.

2. Tritmen sosial dan psikologis –

3. intervensi perilaku, kognitif, dan sosial (melatih ketrampilan berbicara, ketrampilan mengelola diri sendiri, ketrampilan mengelola gejala, terapi kelompok, melatih ketrampilan kerja, dll)

4. terapi keluarga (melatih keluarga bagaimana menghadapi perilaku anggotanya yang menderita skizofrenia agar tidak kambuh)

5. program tritmen komunitas asertif (menyediakan layanan komprehensif bagi pasien skizofrenia dg dokter ahli, pekerja sosial, & psikolog yang dapat mereka akses setiap tapi di Indonesia masihรจsaat-terutama bagi yang tidak memiliki keluarga) terlalu mewah ya? Tritmen lintas budaya Penyembuhan tradisional (dengan doa-doa, upacara adat, jamu, dll) sesuai budaya setempat.

KriteriaSembuh


Istilah remisi (sembuh bebas gejala) menunjukkan pasien, sebagai hasil terapi medikasi terbebas dari gejala-gejala skizofrenia, tetapi tidak melihat apakah pasien itu dapat berfungsi atau tidak. Istilah recovery (sembuh tuntas) biasanya mencakup disamping terbebas dari gejala-gejala halusinasi, delusi dan lain-lain, pasien juga dapat bekerja atau belajar sesuai harapan keadaan diri pasien masyarakat sekitarnya. Untuk mencapai kondisi sembuh dan dapat berfungsi, seorang pasien skizofrenia memerlukan medikasi, konsultasi psikologis, bimbingan social, latihan keterampilan kerja, dan kesempatan yang sama untuk semuanya seperti anggota masyarakat lainnya.

Kini perlu disadari bahwa peran keluarga sangatlah penting dalam usaha penyembuhan penderita skizofrenia. Keluarga penderita adalah sumber amat penting untuk memudahkan perawatan psikososial, untuk itu jangan jauhi penderita, berilah perhatian dan kasih sayang agar penderita tidak merasa dikucilkan.


DAFTAR PUSTAKA

Arif, S , 2006. Skizofrenia “ Memahami Dinamika Pasien”. Bandung: PT. Refika Aditama

Kartini Kartono, 1986. Patologi Sosial 3” Gangguan-gangguan Kejiwaan”. Jakarta: CV. Rajawali.

Kartini Kartono, 2002. Patologi sosial 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http:/www.sivalintar.com/skizofrenia.html :1 maret 2008)

http://Beta.pikiran – rakyat.com : 1 april 2008-04-13

http://kompas-cetak/0410/ilpeng/1331282.htm : 19 oktober 2004

http://id-shovoong.com/medichine-and-health/1617336-seputar-dunia-skizofrenia: 11juni 2007

www.jiwasehat.com :4 novembe 2004

www.kompas.com: 17 november 2003

www.skizofrenia.com: 31 agustus 2007


1 comment:

Embun Pagi said...

trims informasi ini bener2 q butuhkan